Friday, October 24, 2008

Usaha Menjaring Angin...

Kalau ada sebuah film berjudul “Sweet November”, maka saya akan mengubahnya menjadi “Sweet October”. Ya benar, bulan ini adalah bulan menyenangkan buat saya. Saya tidak tahu karena alasan apa bulan ini terasa begitu manis. Bulan ini juga bukan bulan ulang tahun saya namun setiap hari saya semakin merasa dipenuhi sukacita yang dunia tidak sanggup beri ke saya.
Setiap hari meskipun dipenuhi dengan berbagai rutinitas yang kata orang membosankan tapi entah mengapa sukacita itu selalu meliputi hidup saya hari-hari ini. Saya semakin mensyukuri semua yang terjadi dalam hidup saya. Tidak ada hidup yang lebih bahagia dari hidup yang berserah pada Tuhan. Hidup terasa lebih ringan karena tahu bahwa hidup saya berada dalam tangan Tuhan. Saya mengamini bahwa rancangan Tuhan jauh melebihi rancangan saya. Rancangan Tuhan adalah rancangan damai sejahtera dan bukan malapetaka. Bahkan Tuhan sudah merancangkan hidup saya jauh sebelum saya ada di dunia ini. Dia menenun saya sewaktu saya masih ada di kandungan ibu saya. Semua yang terjadi dalam hidup saya bukanlah sebuah kebetulan. Saya menyadari bahwa saya hanyalah sebuah ciptaan yang sudah seharusnya taat kepada sang pencipta saya karena oleh Dia saya ada sampai saat ini. Tujuan sesuatu diciptakan hanya dapat kita ketahui dari sang penciptanya. Maka biarlah kehendak Tuhan yang berlaku dalam hidup saya.
Segala sesuatu yang dilakukan manusia seperti usaha menjaring angin. Kebijaksanaan, kekayaan dan kekuatan hanyalah sesuatu yang sia-sia apabila kita tidak mengenal Tuhan dengan benar. Jangan orang bijaksana bermegah karena kebijaksanaannya, janganlah orang kuat bermegah karena kekuatannya, janganlah orang kaya bermegah karena kekayaannya, tetapi siapa yang mau bermegah, baiklah bermegah karena yang berikut: bahwa ia memahami dan mengenal Tuhan, Tuhan yang menunjukkan kasih setia, keadilan dan kebenaran di bumi. Berapa lama pun saya diberi kesempatan untuk hidup tidak akan ada cukup waktu untuk dapat menyelami pengetahuan tentang Tuhan dengan benar. Allah adalah Tuhan yang tidak terbatas dan manusia adalah mahkluk yang terbatas. Rasionalitas yang dimiliki manusia tidak cukup memahami sepenuhnya konsep tentang Allah. Harus Roh Allah sendiri yang mengerjakannya untuk kita sehingga kita dimampukan untuk dapat mengerti Allah dengan benar. Hal yang terpenting adalah kita mau membuka hati kita untuk percaya kalau tidak maka sia-sialah kabar sukacita tersebut. Seperti mutiara di antara babi-babi. Tapi saya percaya tidak ada yang sia-sia apabila Tuhan memang berkehendak untuk membuka hati seseorang karena kuasa yang dimiliki-Nya. Segala kemurahan yang dilimpahkan Tuhan pada kita bukan karena kita baik atau menuruti segala hukum taurat tapi semua itu boleh berlaku dalam hidup kita hanya semata-mata karena anugrah Tuhan.
Selama kita hidup kita harus sama-sama belajar untuk menyadari bahwa Kristus telah mati untuk semua orang, supaya mereka yang hidup tidak lagi hidup untuk untuk dirinya sendiri, tetapi untuk Dia, yang telah mati dan telah dibangkitkan untuk mereka. Kita mengasihi orang lain karena menyadari Allah sudah lebih dulu mengasihi kita. Allah telah memberikan kasih terbesar kepada semua orang yaitu keselamatan tinggal bagaimana cara kita merespon kasih Allah tersebut. Iman merupakan free will. Kebebasan Allah berikan pada kita untuk kita mau mengimani semua itu atau tidak. Karena Allah mau umat-Nya menyembah Dia dengan ketulusan hati dan bukan karena sebuah kewajiban yang malah menjadi keterpaksaan.

There is a place high in my mind
Where lofty thought ideals fly high
But in that place Lord, You must reign
And I must cease to think I’m wise

Sunday, October 19, 2008

Fireflies in The Garden...

Salah satu kekuatan yang menonjol di film ini adalah kontinuitas. Kontinuitas menurut para kritikus film memang menjadi salah satu ciri dari banyak film Hollywood dan Anda bisa melihat jelas fakta tersebut dalam film ini. Film ini bergenre keluarga dengan masalah dan intrik yang kerap terjadi dalam kehidupan sebuah keluarga. Bintang yang ikut berperan dalam film ini antara lain Julia Roberts, Ryan Reynolds, Wilem Defoe dan Hayden Panettiere.

Hal lain yang menarik dalam film ini adalah kesederhanaan alur cerita namun penuh dengan detail. Terlihat bahwa keseriuasan si pembuat film dalam menghasilkan setiap detail dalam film ini. Bahkan saya tidak habis pikir bisa ya si pembuat film menjadikan sebuah ide cerita yang sangat sederhana menjadi lebih berwarna. Inti cerita film ini adalah bagaimana sebuah keluarga mulai menata kembali hidup mereka setelah kematian seorang yang mereka cintai yaitu Lisa (Julia Roberts) akibat kecelakaan mobil. Bagaimana Michael (Ryan Reynolds) belajar untuk memaafkan ayahnya sendiri (Wilem Defoe) yang dahulu jahat dan menyebalkan.
Nampaknya para pembuat film di Indonesia harus memikirkan ulang film-film yang akan mereka buat. Layar lebar kita beberapa waktu lalu dipenuhi oleh cerita horor dan komedi nakal. Dan saya rasa, para konsumen sudah merasa bosan dengan film Indonesia yang itu-itu saja. Kemunculan Laskar Pelangi di layar lebar pun menjadi semacam angin segar bagi para pecinta film di Indonesia. Kesuksesan film ini karena keseluruhan isi cerita yang memang bagus penuh pesan moral ditambah sudah terbentuknya penggemar novel Laskar Pelangi yang menjadi bestseller.

My Blueberry Nights...

Di awal film semua terasa biasa dengan cerita yang sedikit membosankan. Sampai pada bagian dimana Jeremy (Jude Law) mengungkapkan kepada Lizzie (Norah Jones) kisah mengapa pai blueberry selalu tidak laku. Pada waktu mencoba pai tersebut Lizzie merasa bahwa painya enak tapi mengapa tidak ada orang yang membelinya. Dengan bijak Jeremy menjawab bahwa tidak ada yang salah dengan pai blueberry itu tapi orang-orang saja yang memutuskan untuk tidak memilih pai bluberry tersebut. Hmmm, kalimat itu terasa biasa tapi setelah membaca ulasan film ini di Kompas ternyata pai blueberry itu diibaratkan dengan kehidupan percintaan dimana tidak ada seorang pun yang mau memilihnya menjadi kekasih. Sedih memang!
Film sederhana ini ternyata mengandung banyak pelajaran kehidupan. Mulai dari kisah Lizzie yang patah hati dan berusaha melupakan mantan pacarnya. Jeremy pemilik kafe yang selalu baik, perhatian, ramah dan menyenangkan. Jude Law bisa memerankan tokoh yang berbeda di film ini. Di benak saya sosok Jude Law selalu identik dengan tokoh yang arogan, dingin, merasa diri rupawan tapi semua itu tidak berlaku di film ini. Sampai pada kisah Arnie Copeland seorang polisi yang setia bahkan sampai terobsesi dengan mantan istrinya Sue Lynne (Rachel Weisz) yang beda umurnya terbilang jauh. Kisah terakhir yaitu pertemuan Lizzie dengan Leslie (Natalie Portman), seorang pemain poker yang mengaku bisa membaca apa yang ada di benak orang lain dan tidak mudah percaya pada orang lain. Lewat rangkaian peristiwa pertemuan Lizzie dengan tokoh-tokoh tersebut, Lizzie tidak hanya menemukan makna hidup tapi juga cinta.

It’s not that hard to cross the street after all. It depends on who’s waiting for you on the other side.

Sunday, October 12, 2008

Jatuh Cinta Lagi...

Daniel Powter yang selalu bisa membuat saya jatuh cinta (Hmmm... enaknya jatuh cinta hahaha..) Bagaimana tidak?! Semua lagu yang pernah dia buat selalu dengan nada-nada yang manis dan mudah didengar. Belum lagi setiap dentingan tuts piano ala Daniel Powter yang kata anak zaman sekarang sih, “Daniel Powter banget gitu”. Masih ingat album lalu yaitu album pertama Daniel Powter berjudul Daniel Powter yang sempat tenar dengan hit singlenya “Bad Day”, dari lagu itulah saya mengenal musik Daniel Powter yang sederhana tapi di lain pihak kaya akan rasa baru namun tetap dengan prinsip enak didengar. Beberapa fakta tentang Daniel Powter yang pada waktu masih anak-anak mengaku tidak bisa membaca not balok ternyata tidak sekalipun menyebutkan kata love dalam semua lagu di album pertamanya. Bisa ya, padahal ada lagu-lagu tentang kisah cinta tapi Daniel Powter bisa mengganti kata love dengan kata lain yang tentu saja mendeskripsikan hal yang sama yaitu cinta. Sampai-sampai dia harus menerima tantangan pasar untuk menciptakan lagu yang memuat kata love. Beberapa bulan berikutnya Daniel Powter mengeluarkan repackaged album Daniel Powter dengan tambahan lagu “Love You Lately”. Barulah ada kata love dalam albumnya. Single terbaru Daniel Powter yang sudah saya dengar kalau tidak salah judulnya “Next Plane Home”. Lagu Daniel Powter ala Amerika banget...

Anak Menteng Mengubah Amerika

Saya sebagai orang Indonesia merasa malu dan miris setiap kali membaca ungkapan ini. Televisi lebih spesifik saluran televisi swasta yang memaksa saya membaca dan mendengarkan ungkapan tersebut setiap kali mereka memperbincangkan calon presiden Amerika dari kubu Demokrat ini yaitu Barack Obama.
Indonesia, bangsa yang terus mencari eksistensi negeri dengan mengaitkan dirinya dengan nama besar tertentu, padahal bangsa ini tidak turut ambil bagian dalam memperbesar nama tersebut. Apalah arti tinggal kurang lebih 2 tahun di Menteng pada kontribusi berpolitik Barack Obama? Belum lagi saat tinggal di Menteng Barack Obama pun masih berusia sangat muda. Betapa hal ini menurut saya menunjukkan sikap minder Indonesia akan pandangan dunia terhadap dirinya. Inilah bangsa kita, bangsa yang mudah berbangga diri. Bangsa yang belum mampu menciptakan kebanggaannya sendiri sampai harus menumpang ketenaran orang lain.