Friday, August 15, 2008

Masih berminat?

Apakah anda penyuka film musikal? Baru-baru ini saya menonton 3 film yang bersifat musikal dalam artian selain memang genrenya musikal di sisi lain juga menunjukkan kehidupan pemusik. Tanpa sengaja saya membeli DVD berjudul P.S I Love You, Once dan August Rush. Tanpa sengaja pula ketiga film ini memiliki satu benang merah yaitu menceritakan kehidupan seorang pemusik asal Irlandia, sebuah negara di sebelah barat Inggris yang beribukota di Dublin. Kalau dulu anda penggemar berat boysband Westlife, Boyzone pasti anda tidak asing dengan negara tersebut. Jika anda pemusik sejati dan sekarang tengah berjuang untuk menembus major label saya sarankan anda untuk menonton Once.

Apakah anda pernah mendengar grup band asal Indonesia bernama Efek Rumah Kaca?Band ini membuat lagu dari kenyataan industri musik indie dan major label berjudul Cinta Melulu. Mengapa banyak grup band yang bagus dalam bermusik tidak mau menembus major label salah satunya Efek Rumah Kaca?Karena menurut mereka jika memasuki major label semua musik yang mereka hasilkan harus sesuai dengan tuntutan pasar dan mereka terkadang melupakan ideologi bermusik mereka pada mulanya karena bayaran major label seakan memberi tuntutan pada mereka untuk bermusik seturut kemauan major label yaitu sesuai tuntutan pasar yang mayoritas berwarna sama yaitu cinta melulu. Jika saya menyangkutkan dengan mata kuliah Organizational Behavior yang sedang saya ambil di semester ini, kasus tersebut sesuai dengan salah satu konsep contemporary motivation concept yaitu Cognitive Evaluation Theory. Cognitive evaluation theory adalah teori yang menyatakan bahwa dengan mengalokasikan rewards ekstrinsik (segala reward yang didapat dari major label) untuk perilaku yang tadi hanya memperoleh rewards secara intrinsik (kepuasan bermusik sesuai ideologis bermusik) malah cenderung menurunkan keseluruhan tingkat motivasi. Sesuai teori ini, menembus major label bagi band seperti Efek Rumah Kaca malah akan menurunkan motivasi para pemusik indie tadi yang menembus major label karena berdasarkan teori tersebut apabila pemusik tersebut tidak dibayar maka dia punya kontrol penuh untuk bermusik sesuai keinginan mereka tapi jika dia dikontrak oleh major label dan dibayar seakan-akan diatur oleh major label tersebut (self control menurun).

Cobalah sekali-kali untuk mendengarkan lagu-lagu dari band-band indie yang pasti akan memberikan warna baru di telinga anda. Saya sudah mencoba menikmati potensi bermusik band-band indie negeri ini yang juga tidak kalah bagus dibandingkan band-band major label malah banyak yang lebih baik. Banyak juga band-band major label yang hanya menghasilkan one hit wonder, after that? GONE. Saya sering mendengarkan musik band-band indie tersebut di salah satu stasiun radio di Jakarta dan anda tahu apa yang saya lakukan saat mendengar cara mereka bermusik, saya berdecak kagum ckckckc, kata-kata GILA KEREN BANGET!!tak henti-hentinya terlontar dari mulut saya. Banyak band-band tersebut yang juga membawakan musik mereka dalam bahasa Inggris dan hasilnya apa?Dari beberapa yang pernah saya dengarkan saya berani jamin mereka bermain sekelas Kings of Convenience dan Interpol. Itulah sekilas keadaan umum pemusik indie negeri ini. Masih berminat menembus major label?  

No comments: