Friday, September 26, 2008

Curhatan Pertama..

Mungkin ini curhatan pertama yang saya publikasikan di blog. Sebenarnya curhatan sejenis ini hanya saya tulis di folder “Skeletons in My Closet” saya saja. Tidak sampai diketahui oleh orang lain. Kepenatan yang melanda saya saat ini sudah tidak dapat saya bendung lagi hingga butuh media untuk mempublikasikan apa yang sekarang saya rasakan. Meskipun feedback yang saya harapkan belum tentu saya dapatkan.

Mungkin curhatan ini tidak sepenat yang anda bayangkan tapi jujur karena panjang waktu yang harus saya lalui untuk menanggung beban ini membuat saya merasa lelah. Sama saja seperti ketika anda mengangkat tangan anda ke atas selama satu jam saja. Hal tersebut merupakan kegiatan yang sederhana dan mudah. Bukan beban yang membuat anda merasa lelah tapi lama waktu yang membuat anda terpaksa menyerah.

Sudah dua orang yang saya kenal membicarakan hal yang sama yaitu masalah ‘ngejomblo’. Topik ini mulai saya sadari keberadaannya bermula dari pesan singkat atasan saya di organisasi yang saya masuki. Dia berkata bahwa jangan sampai saya terlalu lama sendirian nanti bisa kesepian. Ditambah lagi dengan pembicaraan via telepon antara saya dengan salah satu senior saya di kampus. Dia mengatakan bahwa kehidupan seseorang yang ‘ngejomblo’ sejak lahir pada hakikatnya adalah sebuah kehidupan yang terlalu datar untuk dijalani. Dua pesan dengan topik yang sama menjadi sebuah wake-up call bagi saya. Apa memang benar kehidupan yang saya jalani akhir-akhir terasa lebih penat karena alasan ini?

Sebelum pembicaraan tersebut ada, saya menganggap kehidupan saya baik-baik saja. Tidak ada yang aneh dan salah dengan kehidupan yang saya jalani. Tapi entah mengapa setelah dua orang yang berbeda membicarakan hal yang sama pada waktu yang tidak berselang lama membuat saya memikirkan ulang apakah benar hidup saya ini baik-baik saja?
Di saat semua teman saya sibuk dengan kegiatan mereka masing-masing, memaksa saya untuk mengiyakan pendapat kedua senior saya tadi. Kehidupan yang sedikit kesepian dan datar untuk dijalani. Inti dari kepenatan ini mungkin hanyalah terletak pada ketersediaan seseorang untuk menjadi teman berbagi cerita. Di saat para pria memiliki masalah dan mereka membutuhkan sebuah solusi untuk permasalahan yang mereka hadapi, seorang wanita hanya butuh seseorang untuk mendengarkan masalahnya dan menenangkan dirinya tanpa harus memberikan sebuah solusi dari masalah tersebut. Sebuah perbedaan yang cukup signifikan antara seorang pria dan wanita.
Percakapan untuk berbagi cerita sering menimbulkan masalah tersendiri bagi saya terlebih lagi jika saya diperhadapkan dengan tipe orang yang suka memonopoli pembicaraan. Jujur saya tipe orang yang lebih senang menjadi seorang pendengar. Entah mengapa saat ini lakon seorang pendengar lebih sering saya perankan. Seperti ungkapan La Rouchefoucauld, “Alam memberi kita sebuah lidah, akan tetapi memberi kita dua telinga, agar supaya kita dua kali lebih banyak mendengar daripada berbicara”. Tapi ada kalanya kita harus bisa mengatakan apa yang perlu kita katakan. Seperti potongan lirik lagu “Say” milik John Mayer berikut ini, “...You better know that in the end it’s better to say to much than to never to say what you need to say again...”

Sangka orang-orang yang gemar memonopoli pembicaraan adalah dengan banyaknya celoteh dan keluhan yang mereka utarakan tentang diri mereka membuat mereka berhasil mendapatkan perhatian. Awalnya pendekatan yang mereka lakukan ini berhasil namun yang perlu diingat adalah setiap orang punya batas ambang kesabaran tidak terkecuali saya. Saya merasa bosan dan terkadang sedih saat pribadi saya diperlakukan sebagai seorang pendengar yang hanya punya hak untuk mendengarkan dan mengomentari apa yang mereka katakan tanpa punya kesempatan untuk membicarakan cerita versi saya. Mungkin cerita dari saya tidak menarik bagi mereka tapi yang perlu diingat bahwa setiap orang memiliki kebutuhan untuk mendapatkan sebuah perhatian setidaknya dengan memberikan kesempatan untuk bercerita. Saya tidak menuntut banyak, hanya sebuah kesempatan untuk bercerita. Itu saja.
Mungkin ini juga menjadi sebuah pertanda tambahan bahwa saya harus mulai mengenal seseorang yang istimewa di luar sana yang bersedia untuk mendengarkan cerita saya. Dengan syarat, saya terlebih dahulu harus mendengarkan dan mungkin memberikan solusi dari cerita yang dibagikan pada saya. Itu adalah golden rule. Jadi permasalahannya bukan terletak pada status ‘ngejomblo’ tapi pada cara saya menjalani status tersebut.
My life was neither miserable nor pathetic. Who knows what could happen, I’ll do what I have to do and keep on laughing! And I’m going to live today like it’s my last day.
...So don't wait for someone to tell you it's too late
Cause these are the best days
There's always something tomorrow
So I say let's make the best of it
So don't wait cause no one can tell you it's too late
Cause these are the best days...
“Best Days” –Graham Colton


2 comments:

Azia Azmi said...

siapa yang sms kar? rangga ya? hahahahhaha..peace...becanda..
nyantai aja sekar..gw pernah merasa seperti itu..saat2 melihat orang-orang berpasangan dan terlihat kebahagiaan di wajah-wajah mereka ..timbulnya pertanyaan buat diri sendiri..apakah "dia" disana merasakan yang sama? -pastinya ada yang disuka kan-

Schaartalent said...

Heran deh zi..
kenapa orang2 tiap kli baca posting gue yang ini selalu nanyain sms dari sapa, tp sosok yang tlp ga pernah ditanyain...